Pages

Monday, April 04, 2011

Kegagalan Pada Budidaya Jamur Tiram

Oleh: Eman Suherman

Pada setiap usaha tentu akan mengalami pasang surut sering berhasil bahkan tidak jarang terus merugi. Demikian juga dalam usaha atau bertani jamur tiram kadang panen dengan hasil yang melimpah apalagi jika harga jamur di pasaran sedang tinggi, jelas merupakan keuntungan. Akan tetapi kegagalan juga kadang terus mendera, terutama pada budidaya jamur tiram di Cisarua Bandung adalah kegagalan dimana media jamur yang telah diisi bibit terjadi tidak tumbuhnya bibit jamur tiram pada media dimaksud.

Tahapan-tahapan budidaya jamur tiram adalah mula-mula membuat media dan media yang berada dalam log atau polibag disterilkan dengan cara dikukus pada temperatur tertentu dan lamanya sekitar 8 jam. Kemudian kepada log media ini setelah cukup dingin ditambahkan bibit jamur tiram dengan maksud agar bibit tersebut tumbuh baik sehingga seluruh polibag media berwarna putih ditumbuhi miselia jamur tiram.

Akan tetapi seperti saya sebutkan tadi kegagalan kadang datang dimana setelah media jamur diberi bibit dalam waktu seminggu atau dua minggu kemudian akan kelihatan log media tidak tumbuh menjadi putih,akan tetapi tetap berwarna media kecoklatan bahkan menjadi hijau dan menghitam.
Ada lagi bentuk kegagalan setelah diberi bibit yaitu timbul warna kabut pada seluruh media kemudian jika dibiarkan akan berubah menjadi warna kuninga atau bahkan warna merah, para petani sering menyebutkan dengan istilah pengoncoman karena warnanya mirip kapang pada oncom Bandung.

Kalau sudah demikian biasanya para petani pasrah saja karena tidak ada jalan lagi kecuali membuangnya. Jumlah kegagalan bisa ribuan bahkan puluhan ribu. Jika modal per log media Rp 1.000 maka jika gagal 10.000 log media kerugian petani bisa puluhan juta rupiah.

Lihat tumpukan log media yang gagal tumbuh, dibuang begitu saja di kebun. Karena masih tetap bahan aslinya berupa bahan serbuk gergaji maka pembusukan untuk menjadi tanah kembali akan lama sekali. Merupakan limbah untuk lingkungan.

Kalau sudah begini kasihan petani bukan?  Tolong dong Bapak-bapak yang berwenang!

No comments: