Oleh: Eman Suherman
Pada setiap usaha tentu akan mengalami pasang surut sering berhasil bahkan tidak jarang terus merugi. Demikian juga dalam usaha atau bertani jamur tiram kadang panen dengan hasil yang melimpah apalagi jika harga jamur di pasaran sedang tinggi, jelas merupakan keuntungan. Akan tetapi kegagalan juga kadang terus mendera, terutama pada budidaya jamur tiram di Cisarua Bandung adalah kegagalan dimana media jamur yang telah diisi bibit terjadi tidak tumbuhnya bibit jamur tiram pada media dimaksud.
Tahapan-tahapan budidaya jamur tiram adalah mula-mula membuat media dan media yang berada dalam log atau polibag disterilkan dengan cara dikukus pada temperatur tertentu dan lamanya sekitar 8 jam. Kemudian kepada log media ini setelah cukup dingin ditambahkan bibit jamur tiram dengan maksud agar bibit tersebut tumbuh baik sehingga seluruh polibag media berwarna putih ditumbuhi miselia jamur tiram.
Akan tetapi seperti saya sebutkan tadi kegagalan kadang datang dimana setelah media jamur diberi bibit dalam waktu seminggu atau dua minggu kemudian akan kelihatan log media tidak tumbuh menjadi putih,akan tetapi tetap berwarna media kecoklatan bahkan menjadi hijau dan menghitam.
Ada lagi bentuk kegagalan setelah diberi bibit yaitu timbul warna kabut pada seluruh media kemudian jika dibiarkan akan berubah menjadi warna kuninga atau bahkan warna merah, para petani sering menyebutkan dengan istilah pengoncoman karena warnanya mirip kapang pada oncom Bandung.
Kalau sudah demikian biasanya para petani pasrah saja karena tidak ada jalan lagi kecuali membuangnya. Jumlah kegagalan bisa ribuan bahkan puluhan ribu. Jika modal per log media Rp 1.000 maka jika gagal 10.000 log media kerugian petani bisa puluhan juta rupiah.
Lihat tumpukan log media yang gagal tumbuh, dibuang begitu saja di kebun. Karena masih tetap bahan aslinya berupa bahan serbuk gergaji maka pembusukan untuk menjadi tanah kembali akan lama sekali. Merupakan limbah untuk lingkungan.
Kalau sudah begini kasihan petani bukan? Tolong dong Bapak-bapak yang berwenang!
Monday, April 04, 2011
Saturday, April 02, 2011
Limbah Bekas Log Media pada Budidaya Jamur
oleh: Aki Eman
Pada kegiatan budidaya atau bertani jamur tiram diperlukan media untuk pertumbuhan jamur itu. Media tersebut dimasukkan ke dalam polibag plastik yang berukuran 1-2 kg. Setelah media yang berada di dalam polibag ditanami bibit jamur, lalu ditempatkan di rumah pemeliharaan jamur yang disebut kumbung, selanjutnya setelah satu bulan akan memulai pemanenan jamur setiap hari.
Media dalam polibag tersebut terus dipelihara selama sekitar tiga bulan dengan kegiatan rutin dipanen dan disiram air untuk mempertahankan kondisi pertumbuhan jamur dalam kelembaban. Selanjutnya setelah tiga bulan lebih polibag media tersebut sudah tidak lagi menghasilkan jamur, maka polibag media jamur tersebut tiba saatnya untuk dibuang dan digantikan dengan polibag media yang baru.
Nah, ribuan polibag media ini selanjutnya merupakan limbah yang tentu saja berjumlah banyak. Jika satu kumbung berisi sepuluh ribu polibag media, maka apabila dibuang di luar kumbung akan menggunung. Kalau medianya mungkin akan cepat membusuk dan akan kembali menjadi tanah, akan tetapi plastik polibagnya sukar sekali untuk menjadi busuk. Tentu ini perlu penanganan yang harus dipikirkan jangan sampai mengotori lingkungan.
Dahulu penanganan limbah ini dengan cara dibakar ketika datang musim kemarau, tentu saja pembakaran ini kalau jumlahnya banyak bisa berhari-hari bahkan berminggu untuk bisa menjadi abu. kalau sudah musim pembakaran limbah bekas media jamur ini, lingkungan di sekitar kumbung-kumbung petani akan berbau asap pembakaran plastik yang tentu saja tidak baik untuk kesehatan dan umumnya udara di sekitar lingkungan.
Mengeluarkan media jamur bekas yang masih dalam plastik dari kumbung-kumbung memakan waktu bisa dua sampai tiga hari, belum lagi pembakaran medianya yang lama.
Tapi pada saat ini di kumbung-kumbung petani jamur di Cisarua Lembang, sudah ada solusi sementara untuk membuang limbah dengan cara yang cukup efisien jadi artinya tidak perlu dibakar dengan menghasilkan asap yang menyesakkan. Jika media jamur sudah tidak bisa dipanen lagi akan datang dua atau tiga orang yang bersedia untuk mengeluarkan dari kumbung dan membuangnya ke tempat yang telah disediakan. Mereka tidak usah dibayar karena akan membuka media jamur dan mengambil plastiknya kemudian plastik tersebut bisa dijual dan selanjutnya di tempat pengolahan dilakukan daur ulang.
Setelah plastiknya dibuka akan ada bekas medianya yang menggunung, saat ini tidak perlu dibakar akan tetapi nanti akan datang yang mengangkut menggunakan truk untuk dibawa ke perkebunan tanaman misalnya sayuran untuk dibuat kompos dan dijadikan pupuk organik yang katanya bisa lebih baik pertumbuhannya.
Jadi sekarang para petani tidak mengeluarkan lagi biaya untuk membuang limbah bekas budidaya jamur dan kelihatan di lingkungan kumbung lebih bersih dan napas lebih segar karena tidak ada lagi yang membakar media dan plastiknya itu.
Mungkin ini sementara selagi harga plastik lumayan, kalau harga plastik murah bisa-bisa tidak ada lagi yang memungutnya. Tentu perlu pemikiran mereka yang akhli untuk mengatasi masalah ini.
Pada kegiatan budidaya atau bertani jamur tiram diperlukan media untuk pertumbuhan jamur itu. Media tersebut dimasukkan ke dalam polibag plastik yang berukuran 1-2 kg. Setelah media yang berada di dalam polibag ditanami bibit jamur, lalu ditempatkan di rumah pemeliharaan jamur yang disebut kumbung, selanjutnya setelah satu bulan akan memulai pemanenan jamur setiap hari.
Media dalam polibag tersebut terus dipelihara selama sekitar tiga bulan dengan kegiatan rutin dipanen dan disiram air untuk mempertahankan kondisi pertumbuhan jamur dalam kelembaban. Selanjutnya setelah tiga bulan lebih polibag media tersebut sudah tidak lagi menghasilkan jamur, maka polibag media jamur tersebut tiba saatnya untuk dibuang dan digantikan dengan polibag media yang baru.
Nah, ribuan polibag media ini selanjutnya merupakan limbah yang tentu saja berjumlah banyak. Jika satu kumbung berisi sepuluh ribu polibag media, maka apabila dibuang di luar kumbung akan menggunung. Kalau medianya mungkin akan cepat membusuk dan akan kembali menjadi tanah, akan tetapi plastik polibagnya sukar sekali untuk menjadi busuk. Tentu ini perlu penanganan yang harus dipikirkan jangan sampai mengotori lingkungan.
Dahulu penanganan limbah ini dengan cara dibakar ketika datang musim kemarau, tentu saja pembakaran ini kalau jumlahnya banyak bisa berhari-hari bahkan berminggu untuk bisa menjadi abu. kalau sudah musim pembakaran limbah bekas media jamur ini, lingkungan di sekitar kumbung-kumbung petani akan berbau asap pembakaran plastik yang tentu saja tidak baik untuk kesehatan dan umumnya udara di sekitar lingkungan.
Mengeluarkan media jamur bekas yang masih dalam plastik dari kumbung-kumbung memakan waktu bisa dua sampai tiga hari, belum lagi pembakaran medianya yang lama.
Tapi pada saat ini di kumbung-kumbung petani jamur di Cisarua Lembang, sudah ada solusi sementara untuk membuang limbah dengan cara yang cukup efisien jadi artinya tidak perlu dibakar dengan menghasilkan asap yang menyesakkan. Jika media jamur sudah tidak bisa dipanen lagi akan datang dua atau tiga orang yang bersedia untuk mengeluarkan dari kumbung dan membuangnya ke tempat yang telah disediakan. Mereka tidak usah dibayar karena akan membuka media jamur dan mengambil plastiknya kemudian plastik tersebut bisa dijual dan selanjutnya di tempat pengolahan dilakukan daur ulang.
Setelah plastiknya dibuka akan ada bekas medianya yang menggunung, saat ini tidak perlu dibakar akan tetapi nanti akan datang yang mengangkut menggunakan truk untuk dibawa ke perkebunan tanaman misalnya sayuran untuk dibuat kompos dan dijadikan pupuk organik yang katanya bisa lebih baik pertumbuhannya.
Jadi sekarang para petani tidak mengeluarkan lagi biaya untuk membuang limbah bekas budidaya jamur dan kelihatan di lingkungan kumbung lebih bersih dan napas lebih segar karena tidak ada lagi yang membakar media dan plastiknya itu.
Mungkin ini sementara selagi harga plastik lumayan, kalau harga plastik murah bisa-bisa tidak ada lagi yang memungutnya. Tentu perlu pemikiran mereka yang akhli untuk mengatasi masalah ini.
Friday, April 01, 2011
Bertani Jamur Tiram, Bagi Pemula Beli saja Log Media
Oleh: Aki Eman
Bagi pemula dalam melakukan budidaya atau bertani jamur tiram kadang-kadang merasa rumit karena cukup banyak hal yang harus dipelajari dan dipersiapkan. Jika Anda sudah memiliki kumbung jamur atau rumah pemeliharaan jamur tiram, dan ingin segera menjadi petani jamur maka tidak ada salahnya membeli saja log media jamur yang sudah diberi bibit.
Log media jamur tiram yang sudah diberi bibit ada dua pilihan:
Memelihara langsung log media jamur yang sudah diberi bibit, memberi kesempatan kepada pemula untuk belajar membudidayakan jamur tiram. Memang iya keuntungannya tidak seperti membuat media sendiri dan memberi bibit sendiri, tapi itu nanti setelah cukup pengetahuan dan seluk-beluk dan untung rugi mengelola usaha jamur tiram.
Dengan cara sementara membeli log media yang sudah diberi bibit disamping kesempatan banyak untuk belajar pelan-pelan, usaha kita pun sudah bisa menghasilkan uang.
Bagi pemula dalam melakukan budidaya atau bertani jamur tiram kadang-kadang merasa rumit karena cukup banyak hal yang harus dipelajari dan dipersiapkan. Jika Anda sudah memiliki kumbung jamur atau rumah pemeliharaan jamur tiram, dan ingin segera menjadi petani jamur maka tidak ada salahnya membeli saja log media jamur yang sudah diberi bibit.
Log media jamur tiram yang sudah diberi bibit ada dua pilihan:
- Pilih log media jamur yang baru saja diberi bibit, harga per log di Cisarua Bandung berkisar Rp 1.600 – Rp 1.800.
- Atau pilih Log media yang sudah putih ditumbuhi mycelia jamur tiram harganya per log sekitar Rp 2.000 – Rp 2.200.
Memelihara langsung log media jamur yang sudah diberi bibit, memberi kesempatan kepada pemula untuk belajar membudidayakan jamur tiram. Memang iya keuntungannya tidak seperti membuat media sendiri dan memberi bibit sendiri, tapi itu nanti setelah cukup pengetahuan dan seluk-beluk dan untung rugi mengelola usaha jamur tiram.
Dengan cara sementara membeli log media yang sudah diberi bibit disamping kesempatan banyak untuk belajar pelan-pelan, usaha kita pun sudah bisa menghasilkan uang.
Thursday, March 31, 2011
Bandar Jamur Tiram
Siapakah pembeli jamur tiram itu? Di Cisarua Bandung untuk pembeli jamur eceran dari para petani disebut bandar. Konotasi bandar, kalau kesan kita – juga di KBBI – kurang begitu baik, seperti berikut: bandar adalah orang yg menyelenggarakan perjudian; bandar judi, atau orang yg mengendalikan suatu aksi (gerakan) dng sembunyi-sembunyi, atau orang yg membiayai suatu gerakan yg kurang baik. Tapi untuk bandar jamur saya berani bersumpah bahwa mereka orang baik-baik.
Selagi kita mulai membudidayakan jamur si bandar sudah berdatangan ke lokasi, untuk meminta agar diberi jatah membeli jamur, jadi kita tinggal memilih bandar mana yang harganya lebih baik. Tapi perbedaannya tipis saja, kadang sama saja seluruh bandar harganya sekian umpamanya. Karena merekapun kadang dari pengepul yang sama, pengepul adalah orang yang akan langsung membawa truk jamur ke pasar induk misal kalau di kota Bandung ke Pasar Caringin, atau ke Pasar Gedebage, bahkan ke pasar induk Kramat Jati di Jakarta.
Mereka, iya para bandar itu, ketika kita sudah mulai memanen jamur akan datang setiap hari mengambil jatahnya, perlu diketahui bahwa pada budidaya jamur tiram panen jamur dilakukan setiap hari dan hari itu juga harus sudah habis terangkut bandar, maklum jenis sayuran ini tidak tahan lama, jadi seperti jenis sayuran lain lebih cepat sampai ke konsumen lebih baik.
Para bandar ini yang saya sudah bersumpah bahwa mereka adalah orang yang bisa dipercaya dan baik, akan secara disiplin membayar jamur yang dibelinya, terus juga kerja sama dengan petani sangat baik. Misalnya kalau petani terlalu sibuk panen mereka dengan suka rela membantu membersihkan jamur dari serbuk media yang terbawa masih menempel di akar jamur. Setelah jamur ditimbang oleh petani rata-rata @ 5 Kg jamur tiram, terus dimuat di speda motor, dan langsung si bandar pergi terus mengambil jamur lain di petani jamur berikutnya.
Demikian mengenai bandar jamur yang saya berani bersumpah… Stop!
Wednesday, March 30, 2011
Masih Soal Jamur Tiram
Oleh: Aki Eman
Jamur tiram adalah jamur yang bisa dikonsumsi, di Cisarua Bandung jamur ini dibudidayakan didalam kumbung (rumah jamur). Jamur ini bisa dipanen setiap hari, mulai dari petik jamur, terus dibersihkan dari akarnya, lalu ditimbang, terahir dikemas dalam kemasan plastik a 5 Kg.
Kalau sedang saatnya panen banyak, hasil satu kumbung bisa mencapai satu kuintal, nampak kalau dikumpulkan jamur tiram sampai menggunung.
Jamur tiram termasuk sayuran yang enak, lezat, dan banyak hasiatnya untuk kesehatan. (Foto di Cisarua, 22 – 06 – 99)
Jamur tiram adalah jamur yang bisa dikonsumsi, di Cisarua Bandung jamur ini dibudidayakan didalam kumbung (rumah jamur). Jamur ini bisa dipanen setiap hari, mulai dari petik jamur, terus dibersihkan dari akarnya, lalu ditimbang, terahir dikemas dalam kemasan plastik a 5 Kg.
Kalau sedang saatnya panen banyak, hasil satu kumbung bisa mencapai satu kuintal, nampak kalau dikumpulkan jamur tiram sampai menggunung.
Jamur tiram termasuk sayuran yang enak, lezat, dan banyak hasiatnya untuk kesehatan. (Foto di Cisarua, 22 – 06 – 99)
Tuesday, March 29, 2011
Jamur Tiram Tak Kenal Krisis?
Oleh: Aki Eman
“Kompas” tanggal 14 Maret 2009 pada lembar Bisnis & Keuangan memuat artikel mengenai budidaya jamur tiram. Pada tulisan itu dinyatakan betapa mudahnya menjalankan budidaya tersebut dan hanya dengan modal Rp 20 juta sudah bisa meraup keuntungan antara Rp 3 – Rp 5 juta per bulannya.
Pernyataan tersebut terlalu “berlebihan” sebab pada kenyataannya melakukan usaha jamur hususnya tiram memerlukan keuletan, ketekunan, ditambah kesabaran ketika diterpa kegagalan demi kegagalan. Hanya mereka yang serius dan penuh perhitungan yang bakal berhasil di usaha ini.
Pengalaman saya dalam budidaya jamur yang dialami selama 4 tahun dengan lokasi usaha di Cisarua Bandung, menunjukkan hal yang berbeda dengan usaha Widodo di Parakan Muncang Bogor. Misalnya diharga saja saat ini jamur tiram per kilogramnya di Cisarua hanya Rp 6.500 sementara di Bogor Rp 12.000
Juga mengenai teknologi budidaya jamur dimana dinyatakan tidak begitu rumit, pada kenyataannya meskipun memang tidak rumit sekali akan tetapi kalau sterilisasi medianya hanya dengan dikukus di dalam drum akan banyak kegagalan dari pada keberhasilannya. Terutama karena tidak sempurnanya pemanasan saat mengukus media tersebut dan mengakibatkan akan didahului pertumbuhan jamur lain yang tidak dikehendaki dan sangat mengganggu. Petani jamur Cisarua tentang gangguan pertumbuhan jamur lain ini menyebutnya dengan pengoncoman.
Syukur ada pembinaan dari IPB, di Cisarua Bandung masih mengharapkan mendapatkan bantuan bimbingan baik dari perguruan tinggi maupun dari Departemen Pertanian, petani-petani kecil yang sangat mengharapkan hasil yang baik jangan dibiarkan sendiri-sendiri yang ahirnya mendapatkan kegagalan dan kumbung (rumah jamur) dibiarkan kosong melompong.
Apalagi sekarang dimana subsidi BBM untuk minyak tanah dicabut harga bahan bakar tersebut demikian tinggi, sangat membebani usaha petani kecil dalam usaha jamur tiram. Peralihan ke bahan bakar gas elpiji masih belum terciptakan peralihan teknologinya. Malahan ada yang mencoba hanya menggunakan bahan bakar kayu untuk proses sterilisasinya.
Bukan menakut-nakuti mereka yang mau terjun ke usaha budidaya jamur ini akan tetapi “menganggap enteng” budidaya jamur tiram adalah cukup menyesatkan. Karena usaha apapun di bidang pertanian hususnya sayur mayur akan selalu tidak lepas dari kerugian dan kegagalan. Oleh karena itu sangat perlu mempelajarinya dan memasang niat secara serius.
“Kompas” tanggal 14 Maret 2009 pada lembar Bisnis & Keuangan memuat artikel mengenai budidaya jamur tiram. Pada tulisan itu dinyatakan betapa mudahnya menjalankan budidaya tersebut dan hanya dengan modal Rp 20 juta sudah bisa meraup keuntungan antara Rp 3 – Rp 5 juta per bulannya.
Pernyataan tersebut terlalu “berlebihan” sebab pada kenyataannya melakukan usaha jamur hususnya tiram memerlukan keuletan, ketekunan, ditambah kesabaran ketika diterpa kegagalan demi kegagalan. Hanya mereka yang serius dan penuh perhitungan yang bakal berhasil di usaha ini.
Pengalaman saya dalam budidaya jamur yang dialami selama 4 tahun dengan lokasi usaha di Cisarua Bandung, menunjukkan hal yang berbeda dengan usaha Widodo di Parakan Muncang Bogor. Misalnya diharga saja saat ini jamur tiram per kilogramnya di Cisarua hanya Rp 6.500 sementara di Bogor Rp 12.000
Juga mengenai teknologi budidaya jamur dimana dinyatakan tidak begitu rumit, pada kenyataannya meskipun memang tidak rumit sekali akan tetapi kalau sterilisasi medianya hanya dengan dikukus di dalam drum akan banyak kegagalan dari pada keberhasilannya. Terutama karena tidak sempurnanya pemanasan saat mengukus media tersebut dan mengakibatkan akan didahului pertumbuhan jamur lain yang tidak dikehendaki dan sangat mengganggu. Petani jamur Cisarua tentang gangguan pertumbuhan jamur lain ini menyebutnya dengan pengoncoman.
Syukur ada pembinaan dari IPB, di Cisarua Bandung masih mengharapkan mendapatkan bantuan bimbingan baik dari perguruan tinggi maupun dari Departemen Pertanian, petani-petani kecil yang sangat mengharapkan hasil yang baik jangan dibiarkan sendiri-sendiri yang ahirnya mendapatkan kegagalan dan kumbung (rumah jamur) dibiarkan kosong melompong.
Apalagi sekarang dimana subsidi BBM untuk minyak tanah dicabut harga bahan bakar tersebut demikian tinggi, sangat membebani usaha petani kecil dalam usaha jamur tiram. Peralihan ke bahan bakar gas elpiji masih belum terciptakan peralihan teknologinya. Malahan ada yang mencoba hanya menggunakan bahan bakar kayu untuk proses sterilisasinya.
Bukan menakut-nakuti mereka yang mau terjun ke usaha budidaya jamur ini akan tetapi “menganggap enteng” budidaya jamur tiram adalah cukup menyesatkan. Karena usaha apapun di bidang pertanian hususnya sayur mayur akan selalu tidak lepas dari kerugian dan kegagalan. Oleh karena itu sangat perlu mempelajarinya dan memasang niat secara serius.
Sunday, October 25, 2009
Panen Jamur Tiram
Oleh: Aki Eman
Setiap pagi hari dilakukan panen jamur, orang setempat menyebutnya didamel (bhs Sunda). Dikumpul saja dulu dari setiap kumbung, kalau panen sedang banyak jamur itu sampai menggunung.
Kemudian baru dibersihkan, hanya dipotong sedikit bagian akar sebab media ikut menempel di akar jamur ketika pemetikan.
Setiap pagi hari dilakukan panen jamur, orang setempat menyebutnya didamel (bhs Sunda). Dikumpul saja dulu dari setiap kumbung, kalau panen sedang banyak jamur itu sampai menggunung.
Kemudian baru dibersihkan, hanya dipotong sedikit bagian akar sebab media ikut menempel di akar jamur ketika pemetikan.
Subscribe to:
Posts (Atom)